Rabu, 25 Agustus 2010

Wajah Pendidikan di Indonesia

Sekilas wajah pendidikan di Indonesia dewasa ini tentu harus kembali lagi pada salah satu isi dalam UUD 1945 sebagaimana termuat dalam Alinea ke-empat....Mencerdaskan kehidupan bangsa..


Alhasil dari frase tersebut bahwa pendidikan di Indonesia harus diramu sedemikian rupa tentunya sesuai kebutuhan dunia kerja dengan tetap berlandaskan pada sila-sila Pancasila,,yakni output anak didik yang seyogyanya berakhlak, dan mampu mengaplikasikan ilmu untuk tujuan kemanusiaan yang lebih mulia....yang pada akhirnya tercipta suatu generasi bangsa yang cerdas kehidupannya

Bagaimana kemudian pendidikan di Indonesia diformat untuk menciptakan generasi bangsa yang cerdas?
Beberapa pendapat mengemuka tentang cara mencerdaskan generasi Indonesia...ada yang berfokus pada pengembangan suatu sistem pendidikan nasional dengan kurikulum boneka-nya..disebut sebagai kurikulum boneka terlahir dari pemahaman bahwa apa yang tersirat dan dirancang dalam suatu kurikulum terlebih kurikulum nasional tidaklah sepenuhnya dipahami oleh para pengemban wajah pendidikan di Indonesia. Kurikulum ini sifatnya formal dan sebisa mungkin diterapkan sama bagi setiap instansi pendidikan sesuai jenjangnya.

Jikalau kenyataannya begini, siapa yang dicerdaskan? generasi bangsa atau kurikulum? Memang...perancangan kurikulum nasional sebagai proyek mercusuar yang dapat memberikan kelangsungan hidup bagi kalangan-kalangan tertentu.....beginilah sekelumit wajah pendidikan di Indonesia.


Karena sifat dari kurikulum adalah formal,,,sehingga banyak para investor bidang pendidikan yang umumnya praktisi pendidikan yang kemudian mencoba memperbaiki wajah pendidikan di Indonesia dengan menghadirkan home schooling...memang ada aturan-aturan yang serupa kurikulum diterapkan tetapi itu sebagai teori untuk memberikan arah aktifitas harian, mingguan bahkan tahunan bagi suatu penyedia jasa home-schooling. lalu apa yang membedakannya dengan kurikulum boneka sebelumnya?.

Pada home-schooling ada master plan yang umumnya dan pada teori serta prakteknya dinamis. maksudnya dinamis disini bahwa kegiatan yang dilakonkan dalam proses didik mendidik tersebut disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik. Dengan upaya seperti ini tentu peserta didik tersebut tahu betul apa yang dibutuhkannya dan lebih pada apa yang disenanginya.

Dalam kondisi seperti ini, peserta didik laksana pembeli adalah raja....
Jika style seperti ini diterapkan...tidak menutup kemungkinan akan dapat sedikit demi sedikit merubah wajah pendidikan di Indonesia yang terlalu formil dengan senjata kurikulum boneka tersebut.

Hadirnya kegiatan pendidikan seperti privat les, guru ke rumah dan iming-iming sukses UAN terkadang menjadi pilihan bagi sebagian besar orang tua dari peserta didik yang haus akan pendidikan yang lebih menyentuh kebutuhan pendidikan. Ini bukanlah isapan jempol belaka...faktanya banyak peserta didik yang mengikuti aktivitas privat les dengan menghadirkan guru ke rumah lebih sukses atau pada tingkat terendah dapat mengangkat prestasi peserta didik lewat privat les tersebut. jika begini jadinya...bagaimana ya wajah pendidikan di Indonesia....Sekarang saja sudah sangat memprihatinkan, apalagi besok, lusa dan hari yang akan datang....

Semisal saja dan jikalau boleh berpendapat bahwa mengapa lulusan dari sekolah-sekolah swasta tertentu dengan ramuan kurikulumnya yang khas ternyata lebih unggul masa kini?....


Sadar akan wajah pendidikan di Indonesia saat ini, maka tepatlah akan hadirnya para praktisi privat les, guru ke rumah menjadi obat mujarab bagi wajah pendidikan  di Indonesia.